Selasa, 25 Juni 2013

Alasan Remaja "MALAS" Berkomunikasi dengan Orang Tua


Keluarga merupakan suatu sistem yang bersifat dinamis. Keluarga hampir sama dengan manusia, ia berkembang berdasarkan waktu. Perubahan yang terjadi di dalam keluarga, khususnya pada waktu anak sudah beranjak remaja. Begitu juga dengan masalah komunikasi.

Komunikasi adalah kunci yang membuka hubungan harmonis antara orang tua dengan anak. Keluarga harus memiliki waktu cukup lama untuk berbincang-bincang dan mengembangkan keterbukaan antara orang tua dengan anak. Tapi terkadang pada masa remaja, komunikasi anak dengan orang tua berkurang. Remaja tidak lagi berkomunikasi sebanyak seperti ketika mereka belum menjadi remaja.

Dalam penelitian kecil waktu melakukan praktek konseling di Sekolah, saya menemukan beberapa alasan mengapa komunikasi remaja dengan orang tua menjadi berkurang. Diantaranya:

1. ORANG TUA KURANG MENDENGARKAN IDE REMAJA
Pada usia remaja, banyak sekali ide-ide dari remaja tentang kehidupannya. Bisa tentang hobbinya, teman-temannya, sekolahnya dan lain sebagainya. Orang tua tidak menerima pendapat remaja, bahkan tidak berusaha mengerti perasaan mereka dari sudut pandang si remaja. Ketika anak mengungkapkan keinginannya untuk berbincang-bincang dengan orang tua dan memintanya mendengarkan dengan simpatik, namum orang tua tidak mau mendengarkan.

2. HUBUNGAN DENGAN TEMAN-TEMAN SEBAYA
Seiring dengan bertambahnya usia bertambah pula rasa keingintahuan dari remaja tentang segala hal. Biasanya mereka lebih sering (banyak) bertanya kepada teman-teman sebaya, dengan demikian perlahan komunikasi anak dengan orang tua akan berkurang sehingga anak remaha akan lebih terbuka dengan teman daripada dengan orang tua.

3. ORANG TUA TIDAK MENDAPATKAN KEPECAYAAN DARI REMAJA
Banyak orang tua yang sama sekali tidak sensitif terhadap perasaan dan suasana dalam hati remaja (mood). Mereka tidak menyadari apa yang dipikirkan dan dirasakan anak remajanya. Orang tua berbuat sesuatu untuk anak mereka tanpa memperhitungkan pikiran dan perasaan remaja sehingga anak tidak bisa mengungkapkan perasaannya dengan baik. Ketika tidak bisa menyampaikan perasaannya kepada orang tua, maka anak akan kehilangan rasa kepercayaannya kepada orang tua.

4. TIDAK ADANYA AFEKSI
Afeksi meliputi emosi atau perasaan yang ada antara anggota keluarga, bisa bersifat positif atau negatif. Afeksi positif antara anggota keluarga menunjukkan hubungan-hubungan yang bersifat kehangatan emosional, kasih sayang dan sensitifitas. Anggota keluarga memperlihatkan bahwa mereka saling mengasihi satu sama lain. Afeksi positif ditandai oleh emosi yang dingin, penolakan dan rasa permusuhan. Anggota keluarga seperti tidak mengasihi satu sama lain, seperti acuh tak acuh terhadap perasaan dan kebutuhna anggota keluarga lainnya.

5. INGIN MELEPASKAN DIRI
Dalam masa remaja, remaja berusaha untuk melepaskan diri dari pengawasan orang tua. Dengan maksud untuk menemukan jati dirinya. Proses tersebut sebagai proses mencari identitas ego. Maksudnya adalah remaja berusaha menjadi individualitas yang mantap dan bisa berdiri sendiri.

----------------------------------------------------------------------------------------


PERHATIAN ORANG TUA KEPADA REMAJA

Hubungan remaja dan orang tua serta peran orang tua dalam perkembangan sampai masa remaja sangatlah penting. Menurut Newman (dalam Rice, 1999) remaja menginginkan orang tua tang menaruh perhatian dan siap membantu apabila remaja membutuhkan bantuan serta mendengarkan dan berusaha mengerti sebagai remaja, menunjukkan bahwa mereka menyetui remaja, menerima apa adanya, memperlakukan sang remaja dengan dewasa dan yang paling penting menjadi teladan yang baik bagi remaja.

Dalam setiap keluarga ada nilai-nilai atau aturan-aturan yang harus ditaati oleh setiap anggota keluarga, termasuk anak remaja itu sendiri. Namun bila setiap aturan tidak disampaikan dengan baik, maka akan terjadi pelanggaran-pelanggaran. Dalam komunikasi itulah setiap aturan keluarga disampaikan. Keluarga yang memiliki kekurangdekatan hubungan antar anggota keluarga, hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga, akan sangat sulit membicarakan hal ini dalam keluarga dan memungkinkan timbulnya delikuensi pada remaja.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar